News

Bocah SD Tewas Dikeroyok 7 Orang Teman Kelasnya, Kepsek Cuek Saat Ibu Korban Minta Keadilan

Spread the love

Buser Nusantara.com, – Seorang Bocah SD Dikeroyok oleh 7 temannya karena mencatat nama-nama temannya yang ribut.

Padahal orang yang menyuruh mencatat itu adalah guru kelasnya.

Kini sang ibu korban Santi Citra Dewi (37) tengah memperjuangkan nasib anaknya yang tewas akibat penganiayaan.

Namun sayang, kepala sekolah bersikap tidak baik. Ia malah mengancam kembali ibu korban saat meminta keadilan.

Santi mengadu ke Polres Binjai guna mengusut kasus kematian Ikhsan, Kamis (9/6/2022).

Ia berurai air mata kala mengenang kepergian sang putra kesayangan untuk selamanya.

Terlebih di saat-saat terakhir Ikhsan, Santi lah yang berada di samping anak sulungnya itu.

Tak tahu soal kepiluan yang dihadapi anaknya semasa hidup, Santi syok saat mengetahui fakta bahwa Ikhsan sempat dikeroyok teman sekelasnya.

Aksi pengeroyokan itulah yang membuat Ikhsan lemas hingga menghembuskan napas terakhirnya. Atas kejadian tersebut, Santi tak tinggal diam.

Tak kuasa menahan kesedihan, Santi pun menceritakan kronologi kematian anak pertamanya itu.

Di hari kejadian, Ikhsan terlihat murung dan diam sepulang dari sekolah. Bahkan ia menolak saat diajak makan oleh sang ibu.

Ditanya sang ibu, Ikhsan beralasan tak enak badan. Santi pun bergegas membeli obat ke apotek.

Namun kondisi Ikhsan terus menurun. Ia muntah-muntah dan tetap menolak makan.

Sang ayah, Adi Syahputra kemudian meninggalkan pekerjaannya dan mengajak anaknya ke rumah sakit. Namun Iksan menolak permintaan orangtuanya.

“Saya belikan dia obat. Karena muntah-muntah,” ucap Santi dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas.com, Jumat (10/6/2022).

Lantaran tidak makan apapun setelah dua hari, kondisi Ikhsan mulai semakin parah.

“Saya tanyakan kenapa muntah-muntah terus. Dia bilang tidak apa-apa. Saya suap makanan, tapi kondisi tidak berdaya. Dia tetap tidak mau dibawa ke bidan,” ungkap Santi seraya menangis.

Baca Juga :  Kapolri Resmi Keluarkan Izin Kompetisi Liga 1

Kondisinya semakin parah, mulut Ikshan tidak bisa dibuka untuk makan.

Di jelang akhir hidup, Ikhsan sempat menangis dan menatap ayat suci Al-Quran yang terbingkai di dinding rumah.

Hingga akhirnya Ikhsan meninggal dunia di pelukan sang ibu pada Selasa, 24 Mei 2022.

“Kami peluk dan sambil bertanya kenapa kau Ikshan, kenapa gak mau bicara, sakit apa ? Setelah kami peluk dia meninggal,” kenang Santi.

Luka Memar di Tubuh Ikhsan

Terkejut dengan Ikhsan yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhir, keluarga mencoba ikhlas.

Santi dan sang suami segera menggelar prosesi pemakaman.

Namun saat hendak memandikan jenazah Ikhsan, keluarga kaget lantaran melihat tubuh bocah SD itu penuh dengan luka memar.

Diungkap Santi, dada, punggung, hingga kuping Ikhsan dipenuhi dengan memar.

Bahkan bagian dada Ikhsan tampak berwarna merah kebiruan.

Melihat kondisi tersebut, Santi tidak curiga sama sekali bahwa anaknya digebuki teman sekelas.

Penyebab Ikhsan Dikeroyok

Kendati tak curiga, Santi nyatanya masih sering bertanya-tanya dalam hati mengenai penyebab putranya meninggal dunia.

Hingga di hari kesepuluh Ikhsan wafat, Santi baru mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi.

10 hari Ikhsan dikuburkan, teman-teman sekolahnya akhirnya bercerita ke Santi.

Bahwa mendiang Ikhsan meninggal dunia akibat dikeroyok teman sekelasnya yang berjumlah enam hingga tujuh orang.

“Bukan cuma Sabtu anak saya dipukuli sampai muntah-muntah. Dari raya (lebaran) masuk itu, anak saya sering dibully, dipukul, hampir tiap minggunya. Tapi yang parah hari Sabtu dia sekolah,” imbuh Santi dilansir dari Tribun Medan.

Bak disambar petir di siang bolong, hati Santi hancur.

Santi pun bertanya ke teman-teman anaknya mengenai penyebab Ikhsan dikeroyok.

Ternyata Ikhsan dipukuli gara-gara mematuhi permintaan gurunya.

Baca Juga :  Berserakannya Sampah Disertai Bau Tidak Sedap di Pasar Ciminyak Dikeluhkan Pengunjung dan Warga Setempat

“Saya tanya (kenapa Ikhsan dianiaya), karena bandel kah ? (kata teman Ikhsan) ‘tidak, anak ibu baik’. Sabtu terakhir sekolah, dia ( Ikhsan) disuruh guru mencatat nama murid-murid yang ribut. Dia catat murid yang ribut termasuk yang sering membully dan memukuli dia,” ungkap Santi.

“Masuk jam istirahat, di situlah anak saya dikeroyok. Menurut saksi (yang memukuli) enam sampai tujuh orang,” sambungnya.

Mendengar cerita tersebut, hati Santi kalut.

Wanita berambut panjang itu lantas mengadu ke pihak sekolah.

Langsung mendatangi sekolah tempat anaknya diduga dianiaya, Santi disambut kepala sekolah.

Kala itu, kepala sekolah tersebut langsung meminta maaf kepada Santi.

Ia pun menyebut bahwa enam siswa yang diduga menganiaya Ikhsan hingga terluka lalu meninggal telah mengakui perbuatannya.

“Murid yang memukuli anak saya sudah mengaku bagian mana yang dipukul, berapa orang yang mengeroyok. Ada saksi katanya hampir satu kelas yang memukuli,” ujar Santi.

Datang lagi ke sekolah keesokan harinya, Santi dibuat terkejut lantaran sikap kepala sekolah lain dari kemarin.

Sempat meminta maaf, kepala sekolah tersebut justru mengancam Santi.

Sebab saat itu, Santi meminta agar kepala sekolah mengeluarkan murid-murid yang menganiaya Ikhsan dari sekolah.

“Walaupun anak saya sudah meninggal, tapi saya cuma minta keadilan. Saya minta ke kepala sekolah, keluarkan anak-anak itu (dari sekolah),” kata Santi.

Mengetahui permintaan Santi, kepala sekolah di sekolah dasar wilayah Binjai itu malah mengurai ancaman.

“Ya udah kalau ibu enggak senang, ibu lapor aja polisi. Saya tidak takut. Nanti saya balikkan ibu,” ujar Santi seraya menirukan gaya bicara kepala sekolah.

Tanggapan Dinas Pendidikan hingga Polisi

Kasus penganiayaan Ikhsan yang berujung pada kematian itu telah didengar Dinas Pendidikan hingga kepolisian.

Baca Juga :  Kemeriahan Pembentukan Pengurus Ormas Matador's Dikampung Paribau Gunung Tabur

Kepala Seksi (Kasi) Pembina SD Dinas Pendidikan, Kota Binjai Irwansyah saat dikonfirmasi mengaku sudah mengetahui kejadian ini.

Akan tetapi, pihaknya belum dapat menjelaskan secara detail, siapa yang benar atau salah terkait kematian Ikhsan.

“Kami sudah tahu. Tapi belum bisa bilang apakah ada penganiayaan atau tidak atas kejadian ini,” kata Irwansyah dilansir dari Tribun Medan.

Ia mengatakan, bahwa kepala sekolah di tempat Ikhsan bersekolah sudah dipanggil untuk dimintai keterangannya.

“Kita tunggu dulu dari pihak kepolisian untuk mencari kebenaran terkait dengan kasus ini,” ungkap Ikhsan.

Selain Dinas Pendidikan, pihak kepolisian juga tengah memproses laporan dari Santi terkait kasus pengeroyokan anaknya.

Kapolres Binjai, AKBP Ferio Santo Ginting segera memberikan atensi khusus dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap Ikhsan.

AKBP Ferio Santo Ginting bahkan langsung menyambangi kediaman Ikhsan, untuk bertemu dengan ibu dan ayah korban.

Dalam pertemuan itu, Kapolres Binjai mencari tahu lebih lanjut kebenaran kasus tersebut.

AKBP Ferio Santo Ginting lantas berjanji akan mengusut kasus ini hingga tuntas, demi mencari kebenaran yang sesungguhnya