Saung Ksatria Membangkitkan Adat dan Budaya sebagai Wujud Rasa Syukur dan Harapan kepada Negeri yang Tercinta
Busernusantara.com,- Brebes 16-08-2022.
Hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 77 tinggal besok . Umumnya, akan ada banyak perlombaan dan berbagai hal untuk menunjukkan rasa bahagia dan harapan atas kemerdekaan bangsa Indonesia yang diadakan di perayaan 17 Agustus ini, salah satunya membuat tumpeng yang sudah menjadi Adat dan Budaya.
Tumpeng biasanya dihidangkan dengan membentuk nasi menjadi kerucut dengan berbagai lauk pauk, seperti mi goreng, kering tempe, serundeng, perkedel, hingga ayam goreng di sampingnya.
Kuliner yang satu ini juga dapat dikreasikan sedemikian rupa dengan sayur mayur untuk hiasannya.
Pertanyaannya, mengapa nasi tumpeng identik dengan perayaan 17 Agustus?
Pembina Saung Ksatria Mas Raden Wisnu Satria Buana menjelaskan alasan tumpeng identik dengan HUT RI ini.
Nasi tumpeng memang kerap disajikan dalam acara selamatan dan syukuran sebagai bentuk rasa harapan atau rasa syukur akan sesuatu. Menurutnya merayakaan hari kemerdekaan bisa menjadi salah satu bentuk syukur atas kemerdekaan yang dapat dinikmati.
Dalam perayaan kemerdekaan, masyarakat juga berharap agar Indonesia selalu dalam keadaan yang aman dan sejahtera.
Mas Raden lantas menjelaskan perbedaan selamatan dan syukuran, yang menurutnya merupakan dua kata yang memiliki definisi berbeda.
“Nasi tumpeng biasanya ada di acara selamatan dan syukuran. Terkadang kita rancu dengan dua kata itu, tetapi sebenarnya keduanya berbeda,” kata Mas Raden Wisnu (16/08/2022).
Kata selamatan merujuk pada harapan atas sesuatu yang belum dikerjakan atau belum terjadi, sementara syukuran merujuk pada sesuatu yang telah terjadi dan patut disyukuri.
“Misalnya Indonesia sudah merdeka, itu syukuran. Sedangkan selamatan misalnya meminta keselamatan bagi Indonesia ke depannya. Konsep bersyukur dan meminta apa pun selalu berkaitan dengan Tuhan,” paparnya.
Beliau menjelaskan kepada kami, bahwa Adat dan Budaya dengan Tumpengan itu bukan hanya malam ini saja.
Setiap malam Jum’at rutinan yang di adakan di SAUNG KSATRIA .
Menilik dari filosofinya, nasi tumpeng merupakan sebuah representasi antara hubungan manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan sesamanya. Hal ini digambarkan dengan bentuknya yang kerucut menyerupai gunung.
Dengan demikian menyebutnya sebagai konsep Ketuhanan sebagai sesuatu yang tinggi, besar, dan memiliki puncak.
Demikian pula nasi tumpeng yang memiliki bentuk menyerupai gunung, sebagai simbol syukur saat merayakan sesuatu dan bentuk harapannya kepada Tuhan.
Menurut Pemangku Adat Keluarga Besar Saung Ksatria :
Tumpengan bukanlah satu acara yang asing dan sudah seperti kegiatan rutin, cuma di malam hari kemerdekaan NKRI ini yang membedakan adalah Tumpeng yang dibuat lebih banyak, karena setiap satu keluarga.
Saung Ksatria yang berada di Gang Elang Desa Kemurang kulon kabupaten Brebes ini wajib membuat satu tumpeng seperti tahun kemarin, tegas Abah Karso panggilan akrabnya.
Abah Karso juga meng infokan, bahwa Saung Ksatria akan mengadakan berbagai perayaan dan perlombaan di dalam memeriahkan, seperti besok malam akan di adakan Penjahitan bendera Merah Putih oleh sepasang suami istri yang tentunya ini adalah seremonial yang sakral buat kami.
Harapan yang terbesar adalah bagaimana kegiatan kegiatan yang sakral di Saung Ksatria ini bisa menjadi tauladan untuk ditiru seluruh rakyat Indonesia sebagai wujud Selamatan dan Syukuran atas kemerdekaan yang telah di perjuangkan dengan begitu banyak darah pahlawan yang telah berkorban, kita dan anak cucu agar bisa menghormati dan menghargai para pahlawan tanpa tanda jasa, papar Mas Raden Wisnu menutup wawancara malam ini kepada kami dengan ucapan *MERDEKA*
Penulis : Fatih 399